Dunia pekerjaan masuk ke dalam lingkaran Wheel of Life . Terlepas pekerjaan kita sesuai passion atau jebakan situasi, kita mafhum bahwa fina...

Konflik di Tempat Kerja

Dunia pekerjaan masuk ke dalam lingkaran Wheel of Life. Terlepas pekerjaan kita sesuai passion atau jebakan situasi, kita mafhum bahwa finalisasi dari bekerja adalah mendapatkan income. Mendapatkan penghasilan.


Penghasilan untuk apa?


Untuk bertahan hidup.


Photo by Jason Goodman on Unsplash


Bekerja, lalu cuan. Ya memang sesederhana itu awalnya. Yang tidak sederhana adalah ketika drama mulai terjadi saat bekerja. Apapun genre pekerjaannya, lepas jualan produk atau jasa, hampir 100% kita akan dihadapkan pada banyak konflik. Mulai dari konflik dengan kastamer atau klien. Konflik dengan atasan. Konflik dengan bawahan. Konflik dengan rekan satu divisi.  Dan konflik-konflik lain yang tak bisa saya urai satu-satu.


Konflik itu membawa pengaruh ke dalam suasana pekerjaan. Situasi menjadi tidak nyaman. Canggung. Sesak di dada. Tidak jarang hal ini membuat dorongan resign semakin kuat. Berangkat bekerja serasa berat. Ingin rasanya kendaraan yang kita naiki itu mundur ke belakang. Kalau bisa jangan sampai ke tempat kerja. Saking malasnya mengahadpi konflik.


Sisi lain kita harus tetap bekerja demi bertahan hidup. Tapi di sisi lain, situasi kerja sudah karut-marut. Konflik di sana-sini. Pikiran semakin tidak jernih, di tempat kerja baru kayanya enak nih, gak bakal ada konflik. Gak juga. Ya sama saja.


Ternyata resign pun bukan solusi. Bayangan bahwa di tempat kerja baru pasti enak dan minim konflik, itu jelas ilusi. Tapi bertahan di tempat kerja lama rasanya pingin mati. Apa bikin usaha saja, wirausaha. Pasti gak ada konflik, kan kita gak ditunjuk-tunjuk lagi sama orang. Ya enggak juga. Konflik dengan bawahan sama pusingnya dengan konflik sama atasan.


Lantas saya harus apa? Untuk menghindari konflik ini? Agar saya bekerja damai tentram?


Motif awal bekerja untuk bertahan hidup dan tentram, malah jadi tidak tentram karena pekerjaan itu sendiri. Belum lagi kalau kita bicara pekerjaan yang tidak sesuai passion lah. Tidak sesua ijazah lah. Tidak sepenuh hati lah. Wong jelas-jelas pekerjaan yang sesuai passion, ijazah dan sepenuh hati saja konflik masih sangat mungkin terjadi.


Jika ini terjadi, maka salah satu jari-jari dalam Wheel of Life kita mengalami hambatan. Pekerjaan yang tidak membuatmu nyaman, rentan kamu tinggalkan. Jika kita hidup tanpa pekerjaan, maka kita tak punya pendapatan. Hidup akan terasa sangat berat jika kita tak punya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan.


Mas Rakan bawel. Terus saya harus ngapain?


Ya, gak tahu. Meneketehe.


Hehe. 


Enggak ding.


Yang harus kamu lakukan adalah benahi dulu manajemen konflik dalam diri kamu. Jika itu sudah kelar, kamu akan siap membenahi konflik dengan siapapun. Cerita yang saya gambarkan di atas, tidak bakal ada kalau..


Kalau kamu segera menghubungi saya untuk belajar manajemen konflik. Di mana ini adalah satu subtopik dalam sesi Penyembuhan Integratif


Itu saja, sih.